Banner 468 x 60px

 

Selasa, 07 Mei 2013

(Oknum) Orang Indonesia

0 comments

Penduduk Indonesia, kata Om Emil Salim (Ketua Dewan Petimbangan Presiden Bidang Ekonomi dan Lingkungan Hidup) akan berjumlah 300 Juta jiwa pada tahun 2032 mendatang. Om Emil Salim Juga memperkirakan bahwa mayoritas penduduk Indonesia adalah kaum muda (detik.com). Sekarang saja penduduk Indonesia berjumlah 250 Juta Jiwa versi BKKBN. Nah namun sayangnya masih banyak saja (oknum) orang Indonesia yang tidak taat aturan. Mungkin saja benar kata Orang tua dulu, “Coba kita dijajah Inggris dulu, kita bisa tertib. Sayang kita dijajah (baca, berusaha dijajah) Belanda selama 350 tahun. Jadinya kita diajarkan untuk Korupsi”. Padahal bukan masalah siapa yang berusaha menjajah kita, tapi mental kita yang sudah salah. Kenapa? Karena Belanda merupakan salah satu Negara dengan Kedisplinan yang tinggi (versi buku yang saya baca, lupa judulnya apa :p).

Sebenarnya dalam tulisan ini saya ingin memahami kelakuan (oknum) orang Indonesia yang tidak taat peraturan. Saya kesal ketika beberapa hari lalu saya naik salah satu maskapai bonafit milik Indonesia yang penumpangnya kebanyakan kaum eksekutif tetapi malah tidak taat aturan. Ketika sudah mengudara terdengar suara khas blackberry massanger, dan ada juga terdengar suara sms dari penumpang yang lainnya. Padahal sinyal handphone bisa merusak sistem navigasi, komunikasi pesawat serta indikator ketinggian yang menjadi salah satu instrumen penting dalam penerbangan. Saya bisa berbicara ini karena saya juga bekerja dalam bidang navigasi yang sangat memerlukan ketelitian tinggi. Ketika saya mendekatkan instrument navigasi saya dengan telepon selular, ternyata ketelitian posisi yang dihasilkan sangat buruk.

Selain itu, ternyata getaran yang dihasilkan dari frekuensi handphone yang sedang diaktifkan bisa menghentikan kerja turbin pesawat. Tidak heran ketika saya mengalami hal yang sama (bunyi sms dan bbm) di maskapai yang sama pada waktu yang berbeda dan duduk dengan salah seorang warga Jerman (ternyata dia Ahli permesinan yang diperkerjakan oleh perusahaan pengeboran minyak). Warga jerman ini merasa gusar dan panik, ketika saya tanyakan ternyata ketika Om Jerman ini mengetes kinerja turbin di Perusahaannya terdahulu, tiba-tiba mati dan timnya tidak tau apa penyebabnya, tenyata ada salah seorang timnya yang sedang menelepon di dekan tubin tersebut.

Selain peristiwa di pesawat, saya masih ingat bahwa ledakan di penampungan minyak milik Pertamina di Cirebon disebabkan oleh salah seorang satpam yang sedang berpatroli sambil menelepon di sekitar tempat kejadian perkara. Saya juga ketika berada di pengeboran lepas pantai merasa heran ketika kami tidak boleh menghidupkan alat komunikasi ketika diadakan pengeboran, alasannya yaitu pengeboran membutuhkan dinamit untuk meledakkan batuan di bawah permukaan laut yang sangat bereaksi dengan getaran yang dihasilkan oleh frekuensi komunikasi. Itulah kenapa mungkin para penjahat bisa meledakkan bom yang dikendalikan jarak jauh lewat sebuah ponsel. Bahkan di Internet bisa gampang untuk membuat bom yang salah satu elemen pentingnya adalah handphone.

Sebenarnya banyak orang Indonesia yang patuh hukum. Salah satunya adalah taat dalam membayar pajak. Tetapi kepatuhan hukum orang Indonesia ini diuji oleh (oknum) orang Indonesia lainnya yang melanggar aturan. Aturan dalam hal ini bisa diibaratkan hukum untuk mengatur sesuatu agar semua menjadi teratur. Bukan kita buat aturan untuk dilanggar, tetapi untuk ditaati dan karena aturan itu membuat semua menjadi teratur. Karena (oknum) orang Indonesia ini merasa tidak bisa bergerak bebas, makanya beliau menggunakan langkah yang pintar dalam melanggar aturan, yaitu membuat aturan baru sehingga secara tidak langsung pelanggaran itu diatur oleh undang-udang. Mungkin ini yang menyebabkan banyak undang-undang di Indonesia tumpang tindih dengan undang-undang lain. Hmm.. Benar kata Almarhum Gus Dur, DPR itu seperti Taman Kanak-Kanak, (oknum) Orang Indonesia ini merasa mendapatkan tempat yang pantas untuk “bermain”.

Selain membuat undang-undang untuk melawan undang-undang, para (oknum) orang Indonesia ini juga membuat hukum hanya seperti pisau dengan bagian bawah yang tajam dan bagian atas yang tumpul. Hukum dibuat hanya berlaku bagi masyarakat kelas bawah bukan untuk (oknum) orang Indonesia dengan uang banyak. Ternyata memang Hukum itu buta, buta untuk yang tidak memiliki uang. Oleh karena itu, apakah anda ingin menjadi (oknum) orang Indonesia ini? 


Taatlah Aturan Untuk Mempermudah Anda, Taatilah Aturan Untuk Keamanan Anda, dan Taatilah Aturan Untuk Nyawa Anda dan Nyawa Orang-orang yang Anda Sayangi. Untuk mengingatkan saya juga agar menaati peraturan yang berlaku agar saya tidak termaksud dalam (Oknum) orang Indonesia ini. (eyh)













0 comments :

Posting Komentar