Banner 468 x 60px

 

Senin, 06 Mei 2013

Pekerjaan Paling Tidak Dihargai di Indonesia (Versiku)

0 comments

Berikut ini pekerjaan yang paling tidak dihargai di Indonesia :

1.      Petani
Petani adalah seseorang yang bergerak di bidang bisnis pertanian utamanya dengan cara melakukan pengelolaan tanah dengan tujuan untuk menumbuhkan dan memelihara tanaman (seperti padi, bunga, buah dan lain lain), dengan harapan untuk memperoleh hasil dari tanaman tersebut untuk digunakan sendiri ataupun menjualnya kepada orang lain.

 Saya memasukkan petani dalam urutan pertama karena memang orang dengan pekerjaan ini tidak dihargai orang lain. Contoh kecilnya kita membuang sisa nasi yang kita makan karena alasan tidak habis. Padahal coba bayangkan perjuangan Pak Tani dalam melakukan proses pembibitan sampai panen beras atau sampai beras itu sampai ketangan kita. Bayangkan berapa banyak tenaga dan biaya yag dikeluarkan Pak Tani untuk membantu masyarakat Indonesia melahap makanan pokoknya itu. Pantas saja orang tua dahulu memarahi saya jika makan nasi tidak habis atau ada sebutir nasi yang jatuh, “Nanti Nasinya Nangis”, kata mereka. Ternyata nasi tidak menangis, tapi Pak Tani yang Menangis, harga pupuk naik, bibit mahal, harga jual dinaikkan oleh tengkulak akibatnya mereka sedikitpun tidak merasakan keuntungan dari harga beras yang merangkak naik. Lihat kehidupan mereka, apalagi Pak Buruh Tani, hidup di bawah garis kemiskinan. Katanya Negara Agraris? Kok Ujung Tombaknya Tumpul?? Pak Tani dan Om Buruh Tani masih miskin saja. Coba kalo mereka tidak mau nanam padi, ga makan nasi kita bro!!! Hargai Mereka dengan hal kecil saja, Tidak Membuang-Buang Makanan. Cobalah melihat dari Sisi Pak Tani ketika banyak Nasi yang bertebaran, alangkah sedih hatinya. Menangis!!!

2.      Nelayan
Sama seperti Pak Tani yang semakin hari semakin terpuruk akibat tinggi biaya operasionalnya dalam menanam sampai memanen padi dibanding keuntungan yang didapat, Pak Nelayan juga tidak kalah sengsara. Harga BBM naik plus ketika melaut tidak ada yang menjamin Para Nelayan pulang membawa hasil yang cukup untuk menghidupi anaknya. Padahal, coba lihat di pasar ikan, harga ikan mulai melambung apalagi jika laut lagi memperlihatkan keganasannya. Tapi semua berbanding terbalik dengan nasi Para Keluarga Nelayan, tinggal di daerah yang kumuh bahkan anak mereka pun lupa bagaimana caranya bersekolah, hanya bisa membantu meringankan beban hidup orang tuanya. 
Simpel saja cara menghargainya sama seperti kita menghargai petani. Makanlah Ikan setiap hari tanpa menyisakan Ikannya (kalo tulangnya mau dimakan juga gapapa kok :p). Tapi kita jarang mau makan ikan. Padahal ikan itu salah satu lauk yang memiliki protein tinggi. Bagus untuk perkembangan otak dan pertumbuhan anak. Selain itu juga jenis ikan merupakan makanan yang dihalalkan oleh Allah.

3.      Guru


Profesi satu ini memiliki julukan Pahlawan tanpa Tanda Jasa. Mereka dikatakan Pahlawan tetapi tidak dihargai. Aneh, padahal salah satu fondasi dari suatu negara adalah pendidikannya. Dan salah satu ujung tombak dalam pendidikan adalah Guru itu sendiri. Bagaimana mau mensejahterakan bangsanya? Mereka saja tidak disejahterakan bahkan banyak yang berpandangan sinis terhadap profesi mereka. Mereka yang menjadi kambing hitam ketika muridnya tidak bisa lulus dan mendapatkan nilai jelek. Mereka juga yang disalahkan ketika pemerintah menetapkan hasil tinggi dalam ujian tetapi banyak murid yang tidak mencapai nilai itu. Mereka juga dimarahi oleh orang tua murid ketika anaknya menerima pendidikan yang dirasa kurang layak untuk anaknya. Yah, makanya terjadilah pemukulan, pencabulan dll yang dilakukan oleh Oknum Guru. Dan anehnya hanya sedikit orang tua murid yang berterima kasih kepada Guru ketika anak yang tersayangnya sukses. Mungkin mereka berpikir bahwa yang bejasa selama ini adalah kerja keras anak mereka. Pantas inilah yang menyebabkan Guru berjuluk Pahlawan Tanpa Tanda Jasa.
Siapa yang pertama kali mengajarkan menulis? Membaca? Mengarang? Berhitung? dan bersosialisasi kalau bukan Guru? Saya juga bisa seperti ini hanya semata-mata adalah Jasa Guru saya, dan dukungan dari Orang Tua saya. Makanya hargailah Gurumu yang sudah dengan telaten mendidikmu. Ingat Tidak Ada Mantan Guru, adanya adalah Mantan Murid. (eyh)




0 comments :

Posting Komentar